Selasa, 23 Maret 2010

Mt. Ciremai, 1825 MDPL - The Turning Point

Pas sedang rapat buat Latihan Pemantapan, latihan lanjutan untuk anggota mudaSISGAHANA yang diharuskan untuk mendaki satu gunung, tak sengaja ada yang nyletuk"Ciremai !". Akhirnya kita semua memutuskan buat naik Ciremai.

Sabtu, 20 Maret 2010 kami ber 14 - Saya, Vina, Bayu, Ajeng, Tiara, Danti, Pipit, Rio, Andra, Sasti, Tya, Ai, Pak Eddy, dan Rambo (strong nih orang) berkumpul di Bulungan, cukup ramai menurut saya untuk sebuah pendakian, karena saya biasanya saya mendaki tidak beramai-ramai.

Ciremai berada di wilayah tiga kota, Kuningan, Cirebon, dan Majalengka. Menurut sang ketua SISGAHANA, Tiara, kami memilih Jalur di Kuningan yaitu Palutungan. Untung ada bus yang langsung dari Lebak Bulus menuju Kuningan. Langsunglah kami naik bus tersebut.

Lebak Bulus - Linggarjati menghabiskan kira-kira 6 jam perjalanan. Di perjalanan langit tampak cerah, tapi tak tertutup kemungkinan untuk cuaca berubah sangat ekstrim. Cuaca sekitar bulan Maret-April sangat labil, tidak dapat ditebak, dan banyak sms yang mengingatkan kami untuk berhati-hati pada cuaca makanya kami hati2 dalam perjalanan kali ini. Tapi, kalau saya pribadi sih lebih suka cuaca yang tak terduga, 'itu' yang Saya cari-cari dalam sebuah pendakian.

Pukul 14.00 Sore, kami tiba di Linggarjati setelah oper2 angkutan desa (namanyaAngDes). Kami tiba langsung di Base Camp, titik awal dari pendakian karena kami carter Angdes. Dari Base Camp, kami langsung menuju Pos I - Linggarjati, yaitu pos pendaftaran, segera kami mendaftar. Untungnya disana ada warung, jadi kami bisa melengkapi logistik dan peralatan kami yang kurang. Disitu kami bertemu dengan Opick yang akan menjadi guide kami dalam perjalanan. Jadilah kami ber-15 orang.

Pukul 16.00 Sore, kami berangkat setelah melengkapi kekurangan kami sampai di Pos II - Cibunar pada Pukul 17.30, yaitu pos tempat kami camp dikarenakan hari yang mulai gelap, dan sangat tidak dianjurkan untuk mendaki pada saat malam . Di Cibunar, kami kesulitan untuk mendirikan tenda karena gelapnya malam.

Baru setelah kami makan, beristirahat sebentar, lalu kami briefing untuk pendakian esoknya. Dalam briefing tersebut kami mengecek ulang persediaan logistik. Setelah di hitung-hitung, ternyata persediaan logistik kami kurang banyak terutama air. Setelah briefing usai, kami semua beristirahat untuk bekal menghadapi kejamnya tanjakan di jalur. Ketika semua telah terlelap- Saya, Rambo, Pak Eddy, dan Opick berbincang sembari berfikir untuk this not well prepared peregrination dan disitu saya menyadari bahwa beberapa teman saya downkarena kondisi dan medan yang berat, terutama cuaca yang tak terduga.

Minggu, 21 Maret 2009 - Pukul 04.30, Saya terbangun dari tidur- tidak tahu jam berapa Saya tidur karena Saya tidak peduli haha. Langsung saja Saya dan Opick memasak air panas untuk menghangatkan tubuh. Tak lama, teman-teman saya terbangun karena kegaduhan yang saya buat. Setelah ada matahari, barulah kami memasak nasi serta lauknya karena kami membutuhkan kalori yang besar untuk mendaki, semua makanan terbagi dengan rata.

Pukul 07.00, Saya, Opick, dan Pak Eddy pergi kembali ke Pos I, untuk membeli semua persediaan yang kurang seperti air, batre, beras, dll. Setelah kami membeli persediaan, kami melanjutkan dengan sarapan (enak, ga ada yang ganggu, haha) lalu bergegaslah kami kembali ke Pos II untuk membagi beban supaya rata beratnya.

Pukul 09.00, kami semua telah rapi dengan packingan yang mantap dan siap untuk melanjutkan pendakian. Di pendakian, kami secara tidak sengaja terbagi menjadi 2 grup, dikarenakan tidak semua peserta bisa melaju dengan kecepatan yang stabil. Saya dan Ai berada di grup belakang, untuk membantu para wanita mendaki. Tidak lama dan tidak jauh, kami bertemu dengan grup depan di Pos III - Leuweung Datar pada Pukul 11.30, tapi mereka langsung bergerak setelah kami sampai (gak tau pada capek apa). Setelah beristirahat sebentar, kami bergerak dan bertemu grup depan (lagi) di Pos IV - Condong Amis pada Pukul 13.00, dan mereka bergerak (lagi). Tak lama setelah bergerak cukup jauh, kami merasakan air-air yang dibawa terasa 'menggigit' bahu kami dengan beratnya itu.

Pukul 15.00, kami menunda pendakian dikarenakan cuaca hujan, segeralah kami memasang flyshit dan memasak. Setelah hujan usai, kami melanjutkan pendakian dan terbagi menjadi dua grup (lagi) seperti biasa, Saya dan Ai dibelakang untuk membantu, tapi kali ini disertai dengan Rio. Pukul 16.00, kami sampai di Pos V - Kuburan Kuda, disini kami beristirahat sebentar dan menyatu kembali.

Kami melanjutkan pendakian pada Pukul 17.00, kami melewati Pos VI - Pangalap, tapi kami hanya melewatinya karena hari yang mulai sore dan sangat berbahaya untuk mendaki malam hari. Pukul 18.00, kami tiba di Pos VII - Tanjakan Seruni, dan langsung kami mendirikan flyshit dan tenda. Kami camp disana, dan briefing untuk keesokan harinya.

Senin, 22 Maret 2009 Pukul 07.00, kami berdiskusi untuk melanjutkan atau tidak dikarenakan waktu yang mepet dan kondisi cuaca yang tak terduga. Akhirnya kami memutuskan untuk menghubungi Pak Eddy karena dia menjadi pengawas yang memonitori pergerakan kami dari bawah. Bodohnya disana kami memakai handphone buat menghubungi Pak Eddy, sedangkan disana sinyal terhalangi oleh lebatnya hutan ckck..

Pukul 09.00, kami belum mencapai keputusan yang bulat, akhirnya Rambo dan Opick yang menjadi penengah menyarankan untuk turun saja karena perjalanan tidak bisa dilanjutkan kalau ada satu orang saja yang ragu-ragu untuk naik. Akhirnya dengan berat hati, kami menerima kenyataan dan turun. Tapi sebelum turun, kami berpesta air dulu, karena air yang telah berat kami bawa ke atas untuk persediaan menjadi kurang bermanfaat. Air yang tersisa kami kubur di sana, agar sewaktu kita naik lagi, kita tidak terlalu berat bawaannya.

Pukul 10.00, kami turun dan terbagi (lagi) menjadi 2 grup. Seperti biasa, Saya dan Ai dibelakang. Di perjalanan, kami tidak terlalu merasa lelah karena perjalanannya menurun. Tapi, di tengah-tengah perjalanan cuaca kembali memburuk dan turun hujan, itu pada Pukul 13.00. Kami tetap melanjutkan meski hujan karena dikejar waktu.

Kami sampai kembali di Pos I - Linggarjati lalu bersih-bersih dan makan (ini saat paling nikmat). Disitu Saya berfikir, bahwa tujuan dari sebuah pendakian bukanlah kita sampai pada puncaknya, melainkan kita mendaki dengan aman dan turun dengan selamat.

Dari sana, kami carter pick-up dan naik kereta sampai Gambir. Semua pulang dengan selamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sihlakan Berkomentar